SKRIPSI PENDIDIKAN SEJARAH (Konfrontasi Indonesia Malaysia)
ABSTRAK
WAHYU MUNAZAT. 2010. Konfrontasi Indonesia – Malaysia Serta Upaya Penyelesaiannya 1962 –
1966. Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Sikripsi ini
membahas mengenai “Konfrontasi Indonesia
– Malaysia Serta Upaya Penyelesaiannya 1962 – 1966”. Masalah utama yang dibahas
dalam skripsi ini adalah “Bagimana jalannya konfrontasi antara Indonesia dan
Malaysia serta upaya penyelesaiannya untuk membangun kembali hubungan baik
antara kedua negara ?”.
Metode yang
digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis. Metode historis yang
dimaksud adalah suatu proses untuk membuat rekontruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasikan, mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakan fakta dan
memperoleh kesimpulan yang kuat. Tahapan – tahapan ini meliputi, heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik penelitian yang digunakan
adalah studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan data dan fakta yang bersumber
dari berbagai literature yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang
diteliti.
Karakteristik kebijakan luar negeri Indonesia
di masa Presiden Sukarno sangat nasionalis radikal serta anti-kolonialis dan
imperialis. Pandangan ini di wujudkan dalam bentuk penentangan Indonesia
terhadap pembentukan Federasi Malaysia, karena dipandang sebagai negara boneka
butan imperialis Inggris dan sekutunya guna memperkuat kontrolnya atas wilayah
Asia Tenggara, serta kondisi ini akan mengancam kemerdekaan Indonesia. Rakyat
Indonesia di bawa komando Sukarno kemudian mengumumkan konfrontasi dengan
Malaysia pada 20 Januari 1963 dan mengalami peningkatan dengan
diproklamasikannya Federasi Malaysia yang terdiri dari Malaya, Sabah dan Sarawak
pada 16 September 1963.
Berbagai
perundingan dilakukan tetapi tidak meyakinkan Indonesia untuk mengakhiri konfrontasi.
Pada 7 Januari 1965 Sukarno menyuarakan Indonesia keluar dari PBB sebagai
bentuk perlawanan bangsa Indonesia terhadap diterimanya Federasi Malaysia
sebagai anggota Dewan Keamanan Tidak Tetap. Sementara konflik antara TNI AD dan
PKI yang sudah berlangsung lama pun tak
terselesaikan, dan dalam kenyataannya Sukarno sebagai pemimpin bangsa pun menunjukan
keberpihaknya kepada PKI, sebagai alasannya untuk menandingi politik TNI AD.
i
|
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
Lampiran
email: wahyu.munazat88@gmail.com
Post a Comment