ARTIKULASI MUTU SECARA TEORITIS ILMIAH



A.  Judul
Artikulasi Mutu Secara Teoritis Ilmiah

B.  Penyusun


C.  Abstrak
                   Pada awalnya mutu atau kualitas lebih terkenal hanya pada organisasi-organisasi profit pada barang atau sebuah produk, namum dengan berjalannya waktu, kualitas pun terlahir dari organisasi-organisasi nonprofit seperti pendidikan dan lain sebagainya. Kemudian bermunculanlah berbagai artikulasi tentang mutu yang berbeda-beda menurut teori-teori para ahli .
                   Fokus dari artikel ini yaitu untuk mengetahui artikulasi mutu dan mutu secara teoritis ilmiah yang dikemukaakan para ahli sehingga dapat mengetahui sampai titk pencapaiannya
                   Secara singkat isi dari artikel ini yaitu mutu atau kualitas merupakan standar yang harus dipenuhi oleh organisasi atau industri produk dan jasa untuk memenuhi persyaratan dan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan untuk memuaskannya. Pada dasarnya mutu belum memiliki definisi yang tetap, karena melihat dari salah satu tujuannya adalah memenuhi harapan dan keinginan pelanggan yang tentunya setiap individu pelanggan memilliki harapan dan keinginan yang berbeda-beda dan terus berubah.
                   Berdasarkan artikel ini dapat disarankan agar artikulasi mutu dan mutu secara teoritis yang dikemukaakan para ahli lebih dipahami kembali supaya bisa mengetahui definisi-definisi yang dapat bermanfaat.
D.  Kata Kunci
·           Artikulasi Mutu
·           Mutu secara teoritis ilmiah
E.  Pendahuluan
                   Kualitas atau mutu merupakan kata yang sering kita dengar. Mutu merupakan sesuatu yang menjadikan suatu barang atau jasa memiliki arti atau  berharga tergantung dari sisi mana orang memandangnya dan tentu dari perspektif yang bermacam-macam. Individu mengartikan kualitas atau mutu tentu tidak sama dengan individu lainnya, karena mutu memiliki banyak dimensi tergantung dari mana individu tersebut menilainya. Ada mutu dalam produk atau barang ada juga yang berbentuk jasa atau pelayanan.
                   Para tokoh mengartikan mutu atau kualitas dengan berbagai arti sesuai dengan bidang mereka masing-masing, namun dari beberapa banyak pengertian tentang mutu tersebut tidak terlalu bias dari satu pengertian dengan pengertian lainnya. Secara keseluruhan kualitas tetap pada artinya secara umum yaitu sesuatu yang memiliki kesitimewaan yang membuat orang tertarik dan kagum pada sebuah barang atau jasa. Karena itulah tidak ada pendapat yang paling benar tentang arti dari kualitas tersebut secara pasti melihat  banyaknya dimensi yang digunakan para tohoh dalam mengartikan dan mendefinisikan mutu atau kualitas.
                   Pada mulanya mutu atau kualitas lebih terkenal hanya pada organisasi-organisasi profit pada barang atau sebuah produk, namum dengan berjalannya waktu, kualitas pun terlahir dari organisasi-organisasi nonprofit seperti pendidikan dan lain sebagainya. Kemudian bermunculanlah berbagai arti tentang mutu. Ada yang mengatakan mutu sebagai kepuasan pelanggan, ada juga yang mengartikan mutu atau kualitas sebagai kesesuaian dengan standar atau bahkan melebihi, dan juga tercapainya tujuan.
F.   Pembahasan
a. Artikulasi Mutu
               Secara bahasa mutu atau kualitas adalah  tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb). Dalam kamus Oxford mutu atau kualitas diartikan sebagai the standard of something as measured against other thing of a similar kind, yang artinya secara bebas adalah standar sesuatu sebagai pengukur yang membedakan suatu benda dengan yang lainnya. Di sini keberadaan mutu tersebutlah yang menjadikan suatu benda itu berbeda. Perbedaan yang terdapat pada benda ini menjadikan benda ini istimewa dan spesial dibandingkan dengan benda lainnya yang masih tergolong sama. 
               Kepuasan merupakan satu  kata yang cukup representatif ketika kita berbicara tentang mutu atau kualitas. Mutu adalah barang atau jasa yang memiliki nilai sangat bagus dan berharga. Secara fisik barang yang bermutu dicerminkan dengan kata-kata baik, indah, benar, istimewa, dan lain sebagainya. Dalam sebuah organisasi nonprofit biasanya mutu dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan kepada pelanggan oleh seseorang atau sebuah organisasi sehingga pelanggang merasa puas, tanpa adanya keluhan atas pelayanan yang didapat dari organisasi tersebut.
               Mutu  merupakan topik yang hangat di dunia bisnis dan akademik. Namun demikian istilah tersebut memerlukan tangapan secara hati-hati dan perlu mendapat penafsiran secara cermat. Factor utama yang menentukan performansi suatu perusahaan adalah mutu barang dan jasa yang sesuai dengan apa yang di inginkan konsumennya
               Istilah mutu tidak lepas dari menejemen dari menejemen mutu yang mempelajari setiap area dari menejemen oprasi dari perencanaan produk ini dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Menejemen mutu merupaka  bagian dari semua fungsi usaha yang lain ( pemasaran, sumber  daya manusia, keuangan, dan lain-lain ).
               Mutu memerlukan suatu proses perbaikan yang terus-menerus (conituous improvement process) dengan individual yang dapat diukur, korporat dan tujuan performa nasional. Dukungan menejemen, kariyawan, dan pemerintah untuk pembaikan mutu adalah penting untuk kompetisi yang efektif di pasar global. Pembaikan mutu lebih dari suatu setrategi usaha, melainkan suatu  tangung jawab pribadi, bagian dari warisan kultural, dan sumber penting kebangaan nasional. Komitmen terhadap mutu adalah suatu sifat yang di formuasikan dan didemostrasikan dalam setiap lingkupkegiatan dan kehidupan, serta mempunyai karakteristik hubungan kita yang paling dekat dengan angota masyarakat.
               Bila berbicara mengenai konsep mutu, maka mutu dapat dinyatakan dalam empat pengertian, yaitu:
1. Mutu dapat pula ditinjau dari sisi mutu, proses dan pelanggan:
Mutu: meliputi barang dan jasa,
Proses: meliputi kegiatan produksi dan perdagangan
Pelanggan: meliputi pelanggan internal dan eksternal dan berkenaan dengan jaminan.
2. Mutu sering pula dinyatakan dengan “mencapai persyaratan” dan “disetujui”.
Mencapai: menyatakan motivasi dan “kesanggupan”, bukan hanya untuk memenuhi atau menepati saja.
Persyaratan: kehendak yang sebenarnya dan apa yang diharapkan.
Disetujui: mengakibatkan penelitian, perbincangan untuk menyelesaikan kehendak, perselisihan, perundingan dalam merumuskan persyaratan dan dikehendak.
3. Faktor-faktor untuk mencapai mutu secara menyeluruh.
Mutu menyeluruh meliputi sistem, manusia dan manajemen.
Sistem: kerangka kerja, konsistensi, spesifikasi, ketentuan baku (standar) dan spesifikasi.
Manusia: kesadaran, keterlibatan, komunikasi dan tanggungjawab.
Manajemen: tentukan kebijakan, tentukan rencana tindakan dan mengawasi kemajuan (proses).
4. Mutu didekati dengan P3T
P3T merupakan kependekan dari; Perencanaan (Plan), Pelaksanaan (Do), Pemeriksaan (Chech) dan Tindakan (Action) [QC Circle Headquarters 1985: 141 – 148], bila diringkas P3T atau PDCA.
Artinya; bila mutu produk yang menjadi tujuan akhir dari kegiatan proses produksi maka mulailah dari “perencanaan” kegiatan tentang mutu, “laksanakan” rancangan mutu tersebut, “periksa” hasil kegiatan tentang pelaksanaan mutu dan “tindakan” apa yang dilakukan bila terjadi penyimpangan dari yang direncanakan, mengarah kepada berbaikan mutu yang terus-menerus.
Kejadian ini dilakukan terus-menerus seperti lingkaran ulir atau spiral. Bila dibentang yaitu P3T-evaluasi (perbaikan) – P3T -evaluasi (perbaikan) – P3T- dan seterusnya maka terjadi berbentuk seperti lingkaran ulir atau spiral maju kedepan yang selalu mengarah kepada perbaikan.
b. Pengertian Mutu
               Pengertian mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam tergantung orang yang memakainya. Kata mutu diambil dari bahasa latin “Qualis” yang artinya what kind of (tergantung dengan kata apa yang mengikutinya). Pengertian mutu sendiri menurut Deming ialah kesesuaian dengan kebutuhan. Sedangkan menurut Juran, mutu ialah kecocokan dengan kebutuhan. Sallis (2003) mengemukakan bahwa mutu adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan sifat produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu relatif adalah sebuah alat yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi standar yang telah dibuat.
               Setiap orang dapat mengartikan mutu sesuai persepsi masing-masing. Hal ini dikarenakan mutu belum memiliki arti yang tetap sehingga para pakar masih mengartikan mutu sesuai persepsi dan bidangnya. Berikut merupakan beberapa pengertian mutu berdasarkan kriteria yang berbeda-beda:
1.      Melebihi dari yang dibayangkan atau diinginkan
2.      Kesesuaian antara keinginan dan kenyataan pelayanan
3.      Sangat cocok dalam pemakaian
4.      Selalu dalam perbaikan dan penyempurnaan terus menerus
5.      Dari awal tidak ada kesalahan
6.      Membanggakan dan membahagiakan pelanggan
7.      Tidak ada cacat atau rusak.
               Beberapa ahli telah mendefinisikan mutu sebagaimana di bawah ini:
1.        Joseph Juran, memiliki pendapat bahwa quality is fitness for use. Secara bebas mutu di sini diartikan sebagai kesesuaian atau enaknya barang itu digunakan (mutu produk).
        Contoh sederhana dari mutu seperti ini adalah ketika kita membeli suatu produk dan produk itu sesuai dengan yang kita inginkan maka kita menilai produk itu bagus atau baik. Misalnya baju yang kita beli memiliki mutu jika ketika kita memakai baju tersebut merasa puas karena terlihat baik dan bagus sesuai keinginan kita meskipun mahal.  Berbeda dengan sebaliknya, apabila baju yang kita beli tidak cocok maka kita akan menilai baju atau produk tersebut tidak bermutu. Demikian juga mutu dalam organisasi nonprofit (jasa). Sebuah contoh yaitu jasa laundry, jika pakaian yang kita titipkan untuk dicuci di jasa laundry tersebut memuaskan kita dengan hasil harum dan bersih maka kita akan merasa senang dan puas seraya kita menilai jasa laundry tersebut bermutu. Namun berbeda jika pakaian yang kita titipkan itu ternyata masih kotor dan bau, maka kita akan menilai jasa laundry tersebut tidak bermutu atau mutunya jelek.
        Pengertian yang dikemukakan Juran di atas merupakan definisi mutu dalam arti sempit dari segi konsumen atau pelanggan. Ditinjau dari pandangan produsen, mutu merupakan  kata yang cukup rumit untuk didefinisikan karena mutu dari segi produsen bergantung pada beberapa hal berikut: merancang, memproduksi, mengirimkan atau menyerahkan barang kepada konsumen, pelayanan pada konsumen, dan penggunaan barang (jasa) tersebut oleh konsumen.
        Mutu dari sisi produsen dapat diartikan sebagai yang diungkapkan Suyadi adalah, “Mutu suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.”  Dalam pengertian yang lebih luas, Juran mengartikan mutu sebagai kinerja organisasi secara keseluruhan yang difokuskan secara sinergi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Di sinilah mutu dipersepsikan sebagai total quality management.
        Itulah pengertian mutu menurut salah satu tokoh yaitu Juran. Mengenai contoh-contoh lain dari pengertian mutu sebagaimana yang didefinisikan di atas dapat kita terapkan dalam berbagai produk, barang, atau jasa yang kita lihat dan alami sehari-hari, seperti di bank-bank, warung, panti pijat, tukang cukur, di bengkel, di pasar, dan di institusi-institusi pendidikan di sekitar kita.
2.        Philip B. Crosby mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan apa yang disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement). Secara sederhana sebuah produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan yang meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
        Dari definisi ini, mutu itu diartikan sebagai kesesuaian dengan standar yang ada. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi memproduk sebuah produk atau barang akan dikatakan bermutu jika barang atau produk tersebut sudah sesuai dengan standar yang ada. Dalam organisasi nonprofit misalhnya, didunia pendidikan memiliki beberapa standar. Organisasi pendidikan itu dikatakan bermutu jika organisasi tersebut telah memenuhi standar-standar yang ada.
3.        W. Edwards Deming menyatakan bahwa kualitas atau mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
        Dalam arti ini, mutu adalah apa saja yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kalau dillihat dari definisi di atas, keinginan konsumen yang selalu berubah-berubah akan memengaruhi mutu suatu produk sesuai dengan yang dikehendaki konsumen. Dapat disimpulkan mutu di sini bukanlah hal yang tetap, melainkan hal yang selalu berubah-ubah mengikuti keinginan pelanggan. Definisi ini berbeda deangan yang dikemukakan Juran fitnees for use dan Crosby yang mengatakan mutu adalah conformance to requirements.
4.        Armand V. Fiegenbaum, mendefinisikan mutu sebagai kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk atau jasa dikatakan berkualitas apabila produk tersebut benar-benar membuat pelanggan puas. Suatu contoh, pedagang Ayam Bakar Wong Solo,  warung ini dikatakan bermutu karena warung ini dapat memuaskan pelanggan setelah pelanggan mencoba makan di warung tersebut, dengan berbagai menu yang disajikan terutama menu ayam bakarnya yang khas.
5.        Goetssch dan Davis, mutu merupakan suatu kondisi  dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari pengertian ini jelas sekali bahwa mutu itu merupakan hal yang dinamis karena berusaha untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan.
6.        Edwar Sallis, mutu dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Dalam artian absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Sesuatu yang bermutu bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Adapun mutu itu relatif dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Karena itu, produk atau layanan dianggap bermutu bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi karena memiliki nilai, misalnya keaslian produk, wajar, dan pamiliar.
        Dari pendapa yang terakkhir ini, terlihat bahwa memandang mutu dari dua sisi, yaitu sisi di mana mutu sebagai nilai-nilai universal yang absolut dan bersifat tetap, sisi yang lain memandang mutu sebagai nilai-nilai yang dapat berubah-berubah atau relatif karena berusaha memenuhi dan memuaskan para pelanggan. Di sinilah produsen benar-benar dituntut untuk selalu mengikuti apa yang menjadi harapan dan keinginan pelanggan yang selalu berkembang dan tentunya berbeda satu individu dengan individu lainnya mengenai penilaiannya terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
               Dari berbagai definisi mutu yang dikemukakan oleh para tokoh di atas, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi indikator dari sebuah kualitaas atau mutu. Antara lain: pertama, kesesuaian untuk pemakaian, kedua, kesesuaian dengan standar, ketiga, kesesuaian dengan kebutuhan pasar, keempat, kepuasan pelanggan, kelima, kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Berdasarkan beberapa indikator di atas penulis mencoba mendefinisikan mutu sebagai kondisi dinamis mengenai produk, dan jasa yang menuntut untuk pemenuhan standar, kebutuhan, harapan, dan keinginan pelanggan yang cocok untuk digunakan dan menjadikan pelanggan merasa puas.
c. Teori Manajmen Mutu Dalam Pendidikan
               Teori manajemen mutu (quality management) telah banyak diterapkan dalam berbagai bidang, industri dan akademik (industrial and academic leaders), produksi dan jasa, profit dan non-profit, baik organisasi besar maupun kecil bahkan dipercayai dan diletakkan sebagai ‘a flurry of activity’. Hadirnya manajemen mutu telah mendorong anggota dalam organisasi tersebut untuk sibuk dan bergerak menuju pencapaian mutu. Deming merupakan tokoh kunci yang memberikan kontribusi pada percepatan revitalisasi ekonomi Jepang setelah Perang Dunia II melalui manajemen mutu. Yoshida menyoal tentang manajemen mutu yang telah diterapkan di Jepang tersebut untuk kemudian diterapkan di Amerika Serikat yang hasilnya tidak sebaik di Jepang. Walaupun kemudian banyak peneliti yang mengemukakan bahwa metode management Deming banyak diterapkan dalam perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.                         Manajemen mutu yang dikemukakan Deming dikritisi oleh John C. Anderson dkk., yang menyatakan bahwa Deming sebenarnya hanya memberikan semacam petunjuk (prescriptive), bukan menjelaskan teori manajemen mutu, sehingga tampak empirik praktis dengan 14 point sebagai rambu-rambunya.[9]Oleh karena itu, Anderson merumuskan teori manajemen mutu serta aplikasi praktis sehingga dapat digunakan untuk penelitian lanjutan. Dalam hal ini, David A. Waldman  meneliti relasi antara individu-individu dalam organisasi dengan proses sistem manajemen yang menyimpulkan bahwa manajemen mutu terpadu  memiliki kontribusi terhadap teori-teori pengembangan sumber daya manusia dalam kesempurnaan kinerja. Waldman mengkaji sistem manajemen dalam organisasi yang sebelumnya hanya dipandang pengembangan SDM secara individual, padahal yang terpenting adalah sistem organisasi.
               Nuria Lopez Mielgo dkk., meneliti tentang hubungan antara mutu dengan manajemen inovasi yang sudah lumrah dianggap bertentangan menurutnya. Hasil penelitian Mielgo menyatakan bahwa walaupun dua kegiatan tersebut adalah kompleks, tetapi kenyataannya perusahaan-perusahaan yang inovatif adalah perusahaan yang mengubah manajemen dengan menemukan manajemen mutu. Menurut Mielgo, kemampuan inovasi berhubungan dengan sumber nilai tertentu dan menjadi kemampuan akumulasi yang melebihi batas waktu sehingga memiliki nilai tambah. Oleh karena itu, dalam perusahaan atau organisasi diperlukan standar dan kontrol mutu, sehingga muncul standar terhadap proses dan produk baru.
               Sim B. Sitkin dkk., mendebat karakteristik total quality manajemen dalam pendekatan tradisional yang hanya membatasi diri pada kontrol, kontrol mutu karena tidak mengandung unsur pembelajaran. Sitkin dalam penelitiannya mengkaji bahwa walaupun para penggagas awal total quality management secara mendasar memberikan aturan yang terbatas, tetapi teori manajemen mutu dapat diartikulasikan lebih luas, dan diterapkan secara berbeda, namun menuntut pada proses pembelajaran. Hal ini, Sitkin mengkaji lewat keragaman perspektif untuk menemukan perbedaan antara control mutu dan pembelajaran.
Secara teoritis, manajemen mutu mudah dirumuskan, akan tetapi dalam implementasinya banyak keragaman, bahkan kesulitan sebagaimana dikaji dalam penelitian Rhonda K. Reger dkk. Hasil penelitian Reger menyimpulkan bahwa kesuksesan organisasi tergantung pada kemampuan manajemen dalam menyusun model yang dinamis untuk mentransformasikan perubahan secara bertahap sesuai prioritas organisasi.
               T. Ravichandran meneliti manajemen mutu dalam pengembangan sistem organisasi yang melibatkan 1000 perusahaan dan agensi pemerintahan dengan menyimpulkan bahwa mutu terbaik hanya dicapai jika top manajemen menciptakan infrastruktur yang mengenalkan perbaikan dalam desain proses dan menghubungkannya dengan stakeholders.
               Manajemen mutu walaupun konotasinya positif, tetapi dalam pengembangan manajemen mutu tidak selalu positif sebagaimana pembelajaran dalam kenyataannya sulit dikembangkan. Jeliazkova meneliti variasi penjaminan mutu di Eropa dengan menyimpulkan bahwa dinamika eksternal dan internal sangat mempengaruhi desain penjaminan mutu. Kesimpulan ini berbeda dengan David Billing yang menyatakan bahwa dalam internasionalisasi pendidikan, penjaminan mutu eksternal menjadi model yang ditransper dari negara satu ke negara lainnya.
               John Biggs meneliti penjaminan mutu dalam dua perdebatan apakah sifatnya retrospective atau prospective. Kesimpulan penelitian Biggs menyatakan bahwa penjaminan mutu itu sifatnya prospective yang mengandung proses Quality Model, Quality Enhancement, dan Quality Feasibility sebagai tahapan tercapainya mutu. Kesimpulan ini bertentangan dengan Bowden yang menyimpulkan bahwa penjaminan mutu adalah pengukuran terhadap apa yang sudah dilaksanakan dalam manajemen.
               Jitse D.J. Ameijde dkk., menyimpulkan bahwa kesuksesan organisasi (kasus yang diteliti yaitu University Kingdom) ditentukan oleh adanya distribusi kepemimpinan (distributed leadership) yang membentuk tim, bukan pada perseorangan pemimpin. Penelitian ini menolak pendapat yang menyatakan bahwa produktivitas ditentukan oleh individu sebagai sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
               Dirkvan Damme menyimpukan bahwa penjaminan mutu (QA) harus kolaborasi antara pemerintah dan institusi pendidikan dengan pengukuran yang diperluas, walaupun dalam hal kasus mobilitas penerimaan peserta didik dengan program yang sangat beragam. Hal ini dengan pertimbangan bahwa stakeholders utama adalah pemerintah yang membutuhkan sumber daya manusia yang handal.
               Penjaminan mutu di Australia muncul diakibatkan adanya desakan globalisasi namun juga hasilnya memberikan kontribusi pada globalisasi secara simultan. Pemerintah telah memberikan kebijakan pada tahun 1990an agar lembaga pendidikan menempatkan customers utama yaitu pemerintah sebagai pemilik dana yang membutuhkan sumberdaya bagi lapangan pekerjaan.
               G. Srikanthan menyimpukan pentingnya model holistik yang menggabungkan idealitas pendidikan, pelayanan dan etos perilaku dalam pendidikan tinggi sehingga terjadi sinergi antara pendidikan dan teori organisasi. Penelitian Srikanthan bertolak pada hasil-hasil penelitian sebelumnya yang saling bertentangan yaitu Harvey, Bensimon, Birnbaum dan Vazzana dkk.
               Berdasarkan uraian hasil-hasil penelitian tentang manajemen mutu, perdebatan akademiknya terletak pada pengukuran dan mengelola mutu itu sendiri, bukan pada penting tidaknya manajemen mutu. Nina Becket dan Maureen Brookes menyatakan bahwa banyak negara mengadopsi model pengukuran mutu yang berbeda-benda.
               Berdasarkan kajian teori terdahulu dapat dipahami bahwa masalah mutu pendidikan erat kaitannya dengan model manajemen yang diimplementasikan dalam lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu, manajemen mutu perlu dikelola dengan baik oleh seluruh komunitas lembaga pendidikan, sehingga benar-benar sejalan dengan perkembangan teori dan dinamika kebutuhan realitas yang berkembang dalam masyarakat.
               Sistem manajemen mutu dalam bidang pendidikan masih tergolong baru dibandingkan dengan manajemen mutu bidang ekonomi industri. Edward Sallis mengatakan bahwa gerakan untuk menerapkan manajemen mutu dalam bidang pendidikan dimulai sejak tahun 1980-an di Amerika Serikat terbatas dalam colleges. Pada tahun 1990-an berkembang di lembaga pendidikan formal dan mulai menyadari pentingnya manajemen mutu. Para tokoh pendidikan yang tergabung dalam bentuk asosiasi telah mengkaji tentang penerapan manajemen mutu. Robert Kaplan dalam hasil penelitiannya memberikan input pada manajemen mutu di Harvard Business School walaupun hanya terbatas pada relevansi kurikulum pendidikan dengan dunia industri. A. Roberts melakukan penelitian tentang manajemen mutu dalam aspek kepuasan customers, orangtua dan dunia kerja yang menyatakan bahwa terdapat variasi cara manajemen untuk mewujudkan kepuasan tersebut. Pasca tahun 1990-an gerakan manajemen mutu mulai bergerak ke Eropa untuk mengkaji gap (kesenjangan) antara kebutuhan industri dengan hasil-hasil pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan. Pada waktu itu di Eropa masih sedikit kesadaran pentingnya manajemen mutu terutama dalam bidang pendidikan.
               Teori manajemen mutu kemudian menjadi kebutuhan dalam mengelola lembaga-lembaga pendidikan hingga era persaingan merebut jaminan mutu. Pemerintah, masyarakat dan pengguna jasa pendidikan sangat membutuhkan lembaga pendidikan yang bermutu. Hal ini harus direspon oleh para pengelola lembaga pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Sikap demikian akan memberikan manfaat besar baik kepada internal maupun eksternal. Secara internal lembaga pendidikan akan berkembang dan maju sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan tarap hidup yang lebih baik bagi semua anggota institusi pendidikan tersebut. Secara eksternal akan mendapatkan kepuasan layanan pendidikan sehingga mendukung program-program yang ditetapkan lembaga. Hubungan timbal balik antara internal-eksternal secara simultan akan mencerdaskan kehidupan yang bermartabat di mata dunia internasional.
               Para tokoh dalam bidang pendidikan berbeda pandangan tentang teori manajemen mutu. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri pendidikan bermutu dan bagaimana cara mewujudkan ciri-ciri tersebut. Atas dasar ini, beberapa teori yang berkembang dalam manajemen mutu sebagai upaya untuk meningkatkan dan menjamin mutu yaitu quality control (QC), quality assurance (QA), total quality control (TQC), total quality management (TQM) dan school base management (SBM). Semua teori menempatkan quality (mutu) sebagai pusat pengawasan dan evaluasi mutu. Jika diklasifikasi dalam bidangnya, dua teori yang terakhir menjadi isu yang populer dalam bidang pendidikan, karena TQM dan SBM memiliki bangunan teori yang lebih relevan dengan karakteristik pendidikan sebagai layanan jasa, kecuali TQM selain pendidikan juga lebih dahulu digunakan dalam bidang ekonomi-produksi. Sedangkan tiga teori terdahulu lebih banyak diterapkan dalam dunia ekonomi industri layanan produksi barang yang sudah mapan digunakan sebagai strategi untuk memberikan kepuasan pelanggan.
               Kajian kritis perlu dilakukan dalam menghadapi keragaman teori manajemen mutu di atas. Sebab, terkadang suatu teori yang tepat digunakan dalam bidang tertentu, belum tentu tepat untuk bidang lainnya; teori yang berkembang pesat di suatu negara, belum tentu berkembang di negara lainnya mengingat adanya perbedaan-perbedaan yang secara alamiah tidak dapat dipungkiri. Hal ini seringkali mengundang perdebatan akademik dalam teori manajemen mutu pendidikan.
               Teori manajemen mutu dalam bidang pendidikan masih banyak didasarkan pada teori mutu yang dikembangkan dalam bidang ekonomi oleh para tokoh mutu yaitu Deming, Juran, Figenbaum, dan Crosby walaupun di antara mereka sendiri masih terdapat perbedaan dalam mendefinisikan mutu dan cara pengukurannya. Para ahli tersebut telah memberikan inspirasi dan mimpi-mimpi besar sebagai dasar-dasar manajemen mutu dalam lembaga pendidikan. Para tokoh mutu tersebut selalu muncul dalam tulisan-tulisan tentang manajemen mutu.
               Sukses yang telah diraih oleh para ahli dalam bidang ekonomi tersebut banyak mengilhami para ahli dalam bidang pendidikan untuk menerapkan manajemen mutu berdasarkan konsep-konsep tokoh tersebut walaupun melalui adaptasi-adaptasi teori. Sebab, ketika teori manajemen mutu dalam bidang ekonomi diadopsi ke dalam bidang pendidikan, ternyata banyak menimbulkan masalah, karena adanya perbedaan karakteristik antara ekonomi-industri dengan pendidikan. Hal ini menimbulkan kajian menarik di kalangan para pemikir/pakar pendidikan untuk mengkaji relevansi manajemen mutu dengan indikator-indikator mutu dalam bidang pendidikan. Konstruksi berpikir antara manajemen mutu pendidikan dengan manajemen mutu ekonomi-industri sangat berbeda, sehingga faktor kunci tercapainya mutu itu sendiri menjadi sangat berbeda dan lebih kompleks dalam bidang pendidikan. Misalnya, para peserta didik sebagai manusia dinamis turut serta menentukan tercapai tidaknya mutu yang ditetapkan lembaga pendidikan. Hal ini tidak sedikit, gagalnya pencapaian mutu, karena peserta didik tersebut tidak berusaha mewujudkannya. Sedangkan dalam bidang ekonomi-industri, bahan baku yang diproduksi tergantung sepenuhnya pada proses dan prosedur baku yang sudah didesain sedemikian rupa. Atas dasar perbedaan ini perlu dikaji dan dirumuskan model manajemen mutu untuk lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai dengan karakteristiknya.
d. Dimensi Mutu
               Setelah memahami beberapa konsep atau pengertian kualitas, untuk lebih memperdalam pengetahuan kita tentang mutu maka perlu kita kaji beberapa aspek dari mutu itu sendiri dalam suatu barang, produk atau bahkan jasa.
Ada enam dimensi spesifikasi mutu produk secara umum, sebagai berikut.
1. Kinerja (Performance)
                      Kinerja suatu produk harus dicantumkan pada labelnya, misalnya isi, berat, kekentalan, komposisi, lama hidup penggunaan, dan lain sebagainya yang menunjukkan keterangan akan produk tersebut. Ini merupakan dimensi suatu produk.
2. Keistimewaan (Types of Features)
                      Produk bermutu yang mempunyai keistimewaan khusus dibandingkan dengan produk lain. Misalnya, konsumen pembeli handphone sering mencari yang mempunyai keistimewaan seperti touch screen, android, memiliki MP3, memilliki TV dan lain sebagainya.
3. Kepercayaan dan Waktu (Reliability and Durability)
                      Produk yang bermutu baik adalah produk yang mempunyai kinerja yang konsisten baik dalam batas-batas perawatan normal. Misalnya, radio yang bermutu baik, secara konsisten dapat menangkap banyak gelombang siaran luar negeri dengan suara dalam waktu 3 sampai dengan 5 tahun setelah dibeli (durability). Begitu juga dengan kartu-kartu modem dari berbagai merek yang memiliki kecepatan bagus dalam waktu pemakaian beberapa lama, dan akan kembali normal setelah habis masa tersebut.
4. Mudah dirawat dan diperbaiki (Maintainability and Serviceability)
                      Produk bermutu baik harus memenuhi kemudahan untuk diperbaiki atau dirawat. Dimensi ini merupakan ukuran mudahnya dirawat sehingga barang tersebut dapat beroperasi secara baik. Misalnya, sepeda motor yang baik , salah satu dimensi mutunya adalah mudah dirawat oleh setiap mekanik karena ketersediaan suku cadangnya di pasar bebas.
5. Sifat Khas (Sensory Characteristic)
                      Untuk beberapa jenis produk mudah dikenali dari wanginya, bentuknya, rasanya, atau suaranya. Dimensi ini memberikan citra tersendiri pada produk tersebut. Misalnya, ayam goreng KFC yang memiliki aroma dan rasa yang khas.
6. Penampilan dan Citra Etis
                      Dimensi lain dari produk yang bermutu adalah persepsi konsumen atas suatu produk. Misalnya, pelayanan yang cepat dan ramah di salah satu bank.
                      Inilah 6 dimensi kualitas yang banyak digunakan para pengusaha di bidang manufaktur dalam merancang dan membuat produk yang berkualitas tinggi. Beberapa dimensi di atas menekankan pada produk yang dihasilkan namun tidak menutup sama sekali untuk memperhatikan kualitas pada proses produksinya. Dimensi ini dikemukakan oleh tokoh David A Garvin.
                      Lebih jauh Juran juga memiliki pandangan tentang dimensi kualitas yang cukup komplit, yaitu:
1.        Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk.
2.        Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dan penyampaian produk aktual.
3.        Ketersediaan (availability), mencakup aspek kedapatdipercayaan serta ketahanan, dan  produk itu tersedia bagi konsumen untuk digunakan.
4.        Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen.
5.        Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan penggunanya oleh konsumen.
                      Dalam organisasi nonprofit seperti dalam industri jasa semisal bank dan pendidikan juga memiliki beberapa dimensi pokok yang menjadi penentu kualitas penyelenggaraan dalam industri jasa tersebut (pendidikan). Pertama, keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Kedua, daya tangkap (responsiveness), yaitu kemampuan para tenaga kependidikan untuk membantu peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Ketiga, jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para tenaga kependidikan; bebas dari bahaya, risiko, dan keragu-raguan. Keempat, empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Kelima, bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga kependidikan, dan sarana komunikasi.
                      Kelima dimensi di atas berdasarkan tingkatan relatifnya di mata pelanggan. Pelanggan menggunakan dimensi-dimensi tersebut untuk menilai kualitas jasa pada sebuah organisasi pendidikan. Ini hanya salah satu gambaran mutu dalam sebuah organisasi.
7.   Karakteristik Barang atau Jasa Bermutu
                      Untuk menegtahui suatu mutu perlu ditelaah karakteristik suatu barang atau produk yang ditawarkan. Produk harus jelas dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika suatu produk telah dinilai bagus, maka pelanggan akan menanyakan proses pembentukannya. Produk yang bermutu tentu tidak lepas dari proses yang tertata dan terkontrol dengan baik, dan proses yang bermutu memerlukan input yang baik dan lengkap.
                      Ada tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa, yaitu outcome-related, process related, dan image related criteria. Dari tiga kriteria tersebut dijabarkan menjadi enam unsur karakteristik jasa yang bermutu yaitu:
1.      Professionalism and skills; menjadi kriteria utama suatu jasa bermutu. Para pelanggan percaya bahwa SDM penyedia jasa  memiliki syarat profesionalisme dan keahlian yang mumpuni sekaligus dapat menghasilkan produk yang bermutu.
2.      Attitude and behavior; sikap dan perilaku yang ditunjukkan personil penyedia jasa dalam melayani atau melaksanakan proses sangat empatik dan siap membantu pelanggan.
3.      Accessibility and flexibility; proses dirancang secara fleksibel untuk memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam melakukan akses.
4.      Reliability and trustworthiness; reputasi baik dan selalu menjaga kepercayaan pelanggan membuat para pelanggan percaya dan yakin dengan apa yang diberikan penyedia jasa adalah suatu pelayanan yang bermutu.
5.      Recovery; saat terjadi kesalahan atau kekeliruan, pelanggan tidak terlalu cemas dan khawatir karena mereka percaya penyedia jasa dapat membantu memecahkan masalahnya.
6.      Reputation and credibility; image yang dibuat penyedia jasa adalah menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan.
                      Karakteristik mutu dalam bidang jasa berbeda dengan produk karena cenderung lebih sulit disebabkan oleh subjektifitas para pelanggan (pengguna) jasa. Perbedaan antara mutu produk (barang) dan mutu jasa adalah:
1.      Metode: Mutu jasa ditentukan oleh pelanggan dan pemberi jasa, karena jasa diberikan secara langsung dari orang ke orang. Produk tidak mempunyai karakteristik kedekatan pelanggan dengan produsen, tidak terdapat nilai konsistensi atau terjebak dalam persamaan jenis yang absolut dalam pemberian jasa
2.      Waktu: Jasa harus diberikan tepat waktu dan jasa digunakan atau dikonsumsi tepat pada saat jasa diberikan, maka kontrol mutu selalu datang kemudian. Untuk menilai pelanggan terpuaskan apa tidak dilakukan dengan memanfaatkan interaksi personal yang akrab dalam pemberian jasa sehingga pemberi jasa akan mendapatkan umpan balik dan evaluasi.
3.      Pada jasa tidak bisa ditambal atau diperbaiki, sehingga standar jasa adalah baik sejak awal. Standar ini memang sulit tercapai, tapi harus selalu menjadi tujuan utama.
4.      Jasa lebih cenderung mirip proses dari pada produk. Cara jasa sampai ke tempat tujuan lebih penting dari pada apa jasanya.
5.      Staf senior pada jasa biasanya jauh dari pelanggan.  Kebanyakan pelanggan tidak pernah memiliki akses kepada manajer senior (kepala sekolah). Mutu merupakan pandangan awal yang mewarnai pandangan pelanggan terhadap keseluruhan organisasi, dan kemudian organisasi harus menemukan cara untuk memotivasi pekerja garis depan agar selalu menyampaikan hal terbaik kepada pelanggan.
6.      Keberhasilan produktifitas dalam jasa sulit diukur. Satu-satunya indikator prestasi yang penting dalam jasa adalah kepuasan pelanggan. Indikator lunak (Soft) seperti kepedulian, kesopanan, perhatian, keramahan, dan suka membantu merupakan hal terpenting dalam pikiran pelanggan. Indikator ini tidak bisa diraba, sehingga mempersulit jasa dalam melakukan evaluasi. Pelanggan akan menilai mutu dengan cara membandingkan apa yang mereka harapkan dengan apa yang mereka terima.
                      Karakteristik di atas merupakan beberapa ciri ketika seseorang ingin menilai apakah barang atau produk itu bermutu atau tidak. Penulis melihat bahwa karakteristik di atas merupakan bagaimana melihat kualitas dalam sebuah organisasi atau industri jasa, karena lebih menekankan pada pelayanan yang diberikan kepada pelanggan demi memuaskan para pelanggan.
G. Kesimpulan dan Rekomendasi
a. Kesimpulan
                   Mutu atau kualitas merupakan standar yang harus dipenuhi oleh organisasi atau industri produk dan jasa untuk memenuhi persyaratan dan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pelanggan untuk memuaskannya. Mutu tentu selalu memiliki sifat-sifat istimewa seperti baik, benar, dan indah. Ada beberapa pengertian mutu yang diutarakan oleh para ahli seperti fitness for use, conformance to requirements, dan full customer satisfaction, dan masih banyak lagi pengertian yang sebenarnya diberikan oleh para ahli mengenai mutu. Pada dasarnya mutu belum memiliki definisi yang tetap, karena melihat dari salah satu tujuannya adalah memenuhi harapan dan keinginan pelanggan yang tentunya setiap individu pelanggan memilliki harapan dan keinginan yang berbeda-beda dan terus berubah.
                   Untuk mengetahui apakah suatu produk itu bermutu atau tidak, ada beberapa dimensi yang perlu diperhatikan untuk memudahkan dalam melihat dimensi mutu suatu industri produk maupun jasa.
b. Rekomendasi
               Kesadaran akan diri sendiri dengan segala yang penulis miliki sekarang merupakan anugerah Tuhan untuk selalu meningkatkan kualitas diri yang penulis miliki. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam apa yang penulis tulis, baca, dan pahami. Oleh karena itu untuk menjadikan artikel yang penulis sajikan ini lebih baik, penulis memerlukan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sebagai salah satu tanggung jawab ilmiah penulis. Semoga apa yang penulis tulis bermanfaat bagi sumua pihak yang membutuhkan. Amin.
H.  Daftar Pustaka
Internet :














I.     Kurikulum Diri
BIODATA PENULIS


                Euis Sri Mulyati lahir di Ciamis, 17 Juli 1971. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah MI PUI Ciwahangan (1984), SMPN 2 Ciamis (1987), SPGN Ciamis (1990), IKIP Bandung Program Studi D-II Pendidikan Guru Sekolah Dasar (1992). UPI Kampus Tasikmalaya Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (2008).

          Penulis saat ini sebagai Guru di SD Negeri 1 Cintaratu Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis sejak tahun 2003. Sebagai awal kariernya, penulis diangkat sebagai guru di          SD Pandawa Kecamatan Cisewu Kabupaten Garut selama          5 tahun (1993-1998). Pada tahun 1998, pindah ke Kabupaten Ciamis menjadi Guru SDN 1 Panyingkiran Kecamatan Ciamis (1998-1999), SDLB Widi Asih Kecamatan Parigi (1999-2001), SD Negeri 2 Cintaratu Kecamatan Parigi (2001-2003).

Pengalaman kerja lainnya, penulis pernah menjadi staf pengajar di TK Al-Quran Nurul Hidayah Ciamis (1992 s.d. 1993). Aktivitas lainnya penulis aktif sebagai Anggota PGRI Cabang Parigi Kabupaten Ciamis, Pengurus Pramuka Kwarran Parigi, dan anggota KPRI HPR Cintaratu.

Penulis bersuamikan Usep Ependi, S.Pd, M.Pd, dan dikaruniai tiga orang anak. Anak pertama Muhammad Zaaka Firdaus (17 tahun), anak kedua Ilman Noor Firmansyah (14 tahun) dan anak ketiga Thoriq Dzikrul Mubarok (7 tahun). Saat ini penulis bertempat tinggal di Desa Bojong Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis.






 
BIODATA PENULIS


                Wahyu Munazat lahir di Ciamis, 14 Agustus 1988. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD N Patrol I (2000), SMP N I Parigi (2003), SMA N I Parigi (2006), Universitas Siliwangi Program Study S1 Pendidikan Sejarah (S1) (2010).

          Penulis saat ini sebagai Guru Honorer di SMP N 2 Sidamulih Kecamatan Sidamulih Kabupaten Ciamis sejak tahun 2011.

          Aktivitas lainnya penulis pernah aktif sebagai Anggota GRI (Gerakan Rakyat Indonesia) Cabang Tasikmalaya (2008-2009) dan sekarang sebagai Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) Panwaslu Kec.Parigi (2013-sekarang).

          Saat ini penulis bertempat tinggal di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis.





















 
BIODATA PENULIS


Ali Ma’ruf lahir di Ciamis, 04 April 1972. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Bojong  (1984),

MTS Bojong (1987), PGAN Ciamis (1990), SGPLBN (1992).
Penulis saat ini sebagai Guru di SLB Widi Asih Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis sejak tahun 1999.

Saat ini penulis bertempat tinggal di Desa Bojong Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis.


 

Tidak ada komentar