KAJIAN TEORITIS PENDEKATAN MUTU TERPADU (TQM)
KAJIAN TEORITIS PENDEKATAN MUTU
TERPADU (TQM)
ABSTRAK
Perkembangan masyarakat yang semakin kompetitif menuntut
setiap orang untuk berkompetisi secara sehat. Demikian halnya dengan sebuah
lembaga – termasuk lembaga pendidikan – kompetisi untuk merebut pasar
menuntut setiap lembaga untuk mengedepankan kualitas dalam proses manajerialnya
dan pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang
telah berkembang sebuah pendekatan, khususnya dalam proses menejerial,
yaitu apa yang disebut Total Quality Manajemen (TQM).
TQM dapat digunakan untuk menggambarkan dua gagasan
yang agak berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, adalah
filsafat perbaikan terus menerus. Kedua, arti yang saling
berkaitan menggunakan TQM untuk menggambarkan alat dan teknik,
seperti brainstorming dan analisis lapangan, dimana digunakan untuk
meletakkan perbaikan kualitas ke dalam tindakan. TQM baik dalam konteks pikiran
ataupun aktivitas praktis – merupakan sikap dari pikiran dan metode
perbaikan terus menerus1.
Tulisan ini akan memaparkan seputar pendekatan Total Quality
Management (TQM) dalam pendidikan. Secara sistematis, pemaparan akan
difokuskan pada beberapa aspek, atara lain; pengertian dan beberapa pandangan
mengenai Total Quality Management (TQM), TQM dalam pendidikan,
implementasi TQM dalam pendidikan.
Kata Kunci : Total Quality Management, Education
PENDAHULUAN
Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu
(MMT) hadir sebagai jawaban atas
kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk dibuat semaksimal atau seoptimal
mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan customer. Titik temunya
antara harapan dan kebutuhan customer dengan hasil produk itulah yang disebut
“bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk adalah pada terpenuhi
tidaknya harapan dan kebutuhan customer. Semakin tinggi tuntutan customer maka
semakin tinggi kualitas mutu tersebut.
Namun demikian, di sisi lain sesungguhnya masih banyak para
pelaku pendidikan yang masih mengahadapi
kesulitan dalam memahami kekuatan dan manfaat MMT dalam memenuhi mutu dan
kinerja pembelajaran yang direncanakan. Penyebabnya adalah MMT sebagai suatu
bidang ilmu belum ada suatu definisi standar atau tunggal dan menyeluruh. MMT
hanya merujuk pada sebuah pendekatan, sebuah sistem, sebuah alat, sebuah teknik
dan atau filosofi yang ditujukan untuk mencapai target kualitas tertentu.
Berdasarkan deskripsi di atas, artikel ini bermaksud
membahas tentang : pengertian Manajemen Mutu Terpadu, rasionalitas Manajemen
Mutu Terpadu, landasan Manajemen Mutu Terpadu, dan perbedaan Manajemen Mutu
Terpadu dengan Manajemen Konvensional.
PEMBAHASAN
Total Quality Management
Total Quality Management atau Manajemen Mutu Terpadu
dipandang penting berkat promosi yang dilakukan oleh Deming, Juran, dan
Feigenbaum (Lee, 2010: 58). Pada dasarnya, asal mula TQM hanya berlaku dan
diterapkan untuk meningkatkan produktivitas organisasi manufaktur pada tahun
1980-an yang diperkenalkan pertama kali oleh Deming dan Juran dan kemudian
pemikiran tersebut berkembang terus hingga dinamai TQM oleh US Navi pada tahun
1985 (Ula, 2013: 40).
Konsep ini awalnya juga populer di kalangan perusahaan
Jepang (Pourrajab, Basri, Daud, dan Asimiran, 2011: 69), namun seiring berjalannya
waktu semakin banyak perusahaan di berbagai negara yang menyadari pentingnya
mengelola mutu
secara
terpadu untuk bisa tetap bertahan di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat.
Definisi
TQM dapat ditemukan dengan menguraikan satu persatu kata pembentuknya, yakni:
1.
Total
: istilah total dalam Total Quality Management atau terpadu dalam Manajemen
Mutu Terpadu menunjukkan bahwa setiap orang dilibatkan termasuk pelanggan dan
pemasok (Witcher, 1990, dalam Ali dan Shastri, 2010: 10). Istilah ini juga
mengesankan sesuatu yang menyeluruh, dimana di dalam sebuah organisasi hal ini
dapat berarti keseluruhan proses dan fungsi manajemen.
2.
Quality
: apabila dilihat dari sudut pandang produsen, kualitas dicapai bilamana produk
atau jasa memenuhi spesifikasi yangtelah ditetapkan sebelumnya dalam suatu
prosedur yang konsisten (Amri, 2013: 34). Namun memahami kualitas dari sisi
produsen tidaklahcukup, mengingat pelanggan adalah pihak yang membeli dan
mengkonsumsi produk perusahaan, sehingga persepsi mereka menjadi sangat penting
untuk diperhitungkan. Secara umum, kualitas merupakan sesuatu yang memuaskan
kebutuhan pelanggan dan secara terus menerus mampu tetap mengerjakan fungsinya
sebagaimana yang diinginkan pelanggan pada standar tertentu (Ali dan Shastri,
2010: 10). Karena setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan standar yang
berbeda-beda, maka kualitas merupakan sesuatu yang bersifat subjektif dan
relatif. Kualitas suatu produk bisa dianggap sangat baik oleh seseorang, tetapi
orang yang lain belum tentu menganggapnya demikian karena hal ini sangat
ditentukan oleh sejauh mana produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan orang yang
mengkonsumsinya.
3.
Management
: manajemen dapat diartikan sebagai seni, ilmu, proses dalam perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, sekaligus sebagai pengendalian
terhadap orang-orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Ula, 2013: 10). Sedangkan inti manajemen menurut Syaifurahman dan
Ujiati (2013: 50) adalah bagaimana suatu kegiatan yang telah direncanakan dan
memiliki tujuan jelas dapat dilaksanakan oleh sekelompok orang (tim/panitia)
dengan tertib, rapi, tidak ada atau hanya sedikit keluhan, mudah dievaluasi
kegiatannya dan yang terpenting adalah tujuan yang telah direncanakan semula
dapat tercapai.
Dari penguraian ketiga kata di atas
dapat disimpulkan bahwa TQM merupakan penanganan aspek kualitas secara
menyeluruh dalam semua proses dan bagian organisasi melalui penggunaan berbagai
konsep manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan
pengendalian) dengan melibatkan berbagai pihak terkait organisasi termasuk
pelanggan dan pemasok guna mencapai tujuan yang semula telah ditetapkan. Adapun
berbagai pandangan lain mengenai apa yang dimaksud dengan TQM, antara lain
sebagai berikut:
·
Menurut
Feigenbaum (1961) sebagaimana dikutip oleh Ali dan Shastri (2010: 10), TQM
dapat didefinisikan sebagai “the process of integration of all activities,
functions and processes within an organization in order to achieve continuous
improvement in cost, quality,function and delivery of goods and services for
customer satisfaction”. atau “proses pengintegrasian seluruh aktivitas, fungsi
dan proses dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk mencapai perbaikan
berkelanjutan dari segi biaya, kualitas, fungsi, dan penyampaian barang dan
jasa untuk kepuasaan pelanggan”.
·
Menurut
Ula (2013: 40), TQM adalah suatu konsep manajemen dengan totalitas penekanannya
bertumpu terhadap mutu atau kualitas (Ula, 2013: 40).
·
TQM
adalah serangkaian praktik yang berfokus pada perbaikan rutin, memenuhi
kebutuhan pelanggan, dan mengurangi pengerjaan ulang (Yang, 2005 dalam
Pourrajab, Basri, Daud, dan Asimiran, 2011: 70).
Dari ketiga definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa TQM adalah suatu konsep manajemen yang melibatkan proses
pengintegrasian seluruh aktivitas, fungsi, dan proses dalam sebuah organisasi
yang totalitas penekanannya bertumpu terhadap mutu atau kualitas dengan tujuan
untuk perbaikan berkelanjutan dari segi biaya, kualitas, fungsi, dan
penyampaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Total Quality Management dalam Pendidikan
Menurut Amri (2013: 32), pendidikan dapat dipandang sebagai
proses investasi pengembangan mutu sumber daya manusia dalam bentuk “manusia
terdidik” (educated people). Lebih lanjut lagi, Amri (2013: 33)
mengungkapkanbahwa pengakuan proses investasi pendidikan terjadi di rumah dan
di masyarakat, namun diyakini bahwa kelembagaan pendidikan formal (schooling) merupakan
tempat untuk terjadinya proses pembelajaran yang lebih baik (better learning).
Pendidikan memang patut disebut “investasi” karena orang tua
‘menitipkan’ anaknya di suatu lembaga pendidikan dengan harapan akan memperoleh
suatu pengembalian yang melebihi atau paling tidak sepadan dengan biaya maupun
tenaga yang telah mereka kerahkan, yakni bahwa anaknya akan dibekali dengan
cukup pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang kesejahteraan anak tersebut
di masa depan. Pendidikan juga menentukan nasib suatu bangsa ke depannya karena
lewat pendidikan yang baiklah akan lahir generasi-generasi muda yang terdidik
yang dapat diandalkan untuk dapat
berpartisipasi secara aktif dan positif dalam pembangunan negara guna
meningkatkan kesejahteraan negara dan penduduk yang hidup di dalamnya. Karena
itu, untuk mempercepat kemajuan bangsa dari sisi teknologi, budaya, adat-istiadat dan karakter bangsa
diperlukan sistem pendidikan yang kuat (Syaifurahman dan Ujiati, 2013: 51) dan
disinilah TQM memainkan peran yang penting untuk mewujudkan sebuah pendidikan
yang berkualitas.
Walaupun TQM adalah sebuah filosofi manajemen yang
dikembangkan untuk industri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas produksi,
akan tetapi para pendidik percaya bahwa TQM juga dapat diterapkan dalam
pendidikan (Pourrajab, Basri, Daud, dan Asimiran, 2011: 69). Pendidikan yang
berkualitas adalah pendidikan yang memuaskan kebutuhan belajar dasar, yang
memperkaya kehidupan pelajar dan pengalaman belajar mereka secara keseluruhan
(Kayani, 2012: 393). Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Amri (2013:18)
yaitu bahwa mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, di mana
mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan semua pihak/pemakai
dengan fokus utama terletak pada peserta didik (learners). Dari berbagai
pendapat tersebut, terlihat bahwa disinilah prinsip TQM berlaku, yakni
pentingnya kualitas dan fokus utama pada pelanggan dan karenanya amatlah
penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat menelusuri isu ini lebih
lanjut demi menyampaikan sebuah pendidikan yang bermutu tinggi. Implementasi TQM dalam
konteks pendidikan dimaksudkan agar tercapai
keunggulan proses pembelajaran yang mengutamakan hasil sekaligus memberi
peluang tinggi bagi guru dan siswa untuk aktif dan inovatif, dengan pemanfaatan
sarana dan prasarana yang memadai (Ula,2013: 45). Adapun pengawasan mutu
pendidikan dapat dilaksanakan sejak input (siswa) masuk sekolah, mengikuti
proses belajar mengajar di sekolah dan hingga menjadi lulusan dengan berbagai
kompetensi yang dimilikinya (Amri, 2013: 21).
Insitusi yang efektif memerlukan strategi yang
kuat dan maksud tertentu untuk menghadapi suasana kompetitif
dan orientasi di masa depan. Untuk menjadi efektif di dalam masa
sekarang, intitusi memerlukan proses pengembangan strategi kualitas,
antara lain20; 1) misi yang jelas dan tertentu, 2) menfokuskan
kustomer secara jelas, 3) strategi untuk pencapaian missi, 4) pelibatan semua
kustomer, baik internal maupun eksternal, di dalam pengembangan strategi, 5)
penguatan staff dengan menggerakkan penghalang dan bantuan
untukmembuat konstribusi maksimal terhadap institusi melalui pengembangan
kelompok kerja yang efektif, 6) penilaian dan evaluasi ke-efektifan insitusi
menghadapi tujuan yang diharapkan oleh kustomer.
Untuk memulai mengimplementasikan manajemen kualitas total
adalah sebuah tugas yang sulit. Terdapat sejumlah langkah yang simple dan
penting untuk mengimplementasikan TQM dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut
:
1.
Kepemimpinan
dan komitmen terhadap kualitas harus datang dari atas
“Hukum besi” dari kualitas.
Semua model kualitas menekankan bahwa tanpa dorongan dari manajer senior
inisiatif kualitas tidak akan berlangsung lama. Pendidikan tidak
terkecuali belaku juga hukum besi. Pimpinan sekolah harus menunjukkan
komitmen yang kuat dan terus-menerus dan memimpin jalan sambil
mendorong kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan supervisor lain untuk
melakukan usaha secara serius.
2.
Menyenangkan
kustomer
Ini dicapai dengan kerja keras
secara kontinyu untuk memenuhi kebutuhan dan harapan kustomer. Kebutuhan
kustomer diditentukan oleh pencarian secara reguler pandangan mereka. Terdapat
bermacam-macam metode dari pekerjaan ini, seperti – memfokuskan kelompok,
kuesioner, kelompok penasehat, hari yang terbuka dan percakapan informal
dengan orang-orang.
3.
Menunjuk
fasilitator berkualitas
Pengabaian terhadap posisi aktual
dari seseorang di dalam hirarki adalah penting bahwa fasilitator
yang ditunjuk harus melaporkan secara langsung kepada kepala
sekolah. Ini adalah pertangung jawaban dari fasilitator untuk
mempublikasikan program dan mengarahkan kelompok pengarah yang berkualitas
di dalam pengembangan program yang berkualitas.
4.
Membentuk
kelompok pengarah yang berkualitas
Kelompok
ini harus mewakili kepentingan dan harus memiliki perwakilan dari tim
nanajer senior. Peranannya adalah untuk mendorong dan
membantu proses perbaikan kualitas. Baik sebagai pusat gagasan ataupun
inisiator proyek.
5.
Mengangkat
koordinator yang berkualitas
Ini
berguna di dalam banyak inisiatif untuk memiliki orang-orang yang
punya waktu untuk melatih dan penasehat orang lain.
6.
Mengadakan
seminar manajemen senior
Untuk mengevaluasi perkembangan. Tim
manajemen senior tidak akan komit terhadap proses kalau mereka
mengatakan dengan baik tentang filsafat dan metode. Ini penting untuk
membangun tim manajemen senior yang sehat dan teritegrasi secara
baik.
7.
Menganalisa
dan mendiagnosis situasi terkini
Alat untuk
melakukan analisa telah dibicarakan dalam bab 11 tentang perencanaan strategis
untuk kualitas. Ini penting dan tidak harus disepelekan karena memberikan arah
dari proses secara keseluruhan. Semua institusi perlu menjadi jelas
kemana mereka akan berjalan.
8.
Menggunakan
model di tempat lain yang telah berkembang
Ini dapat diadaptasi dari
pekerjaan dari seorang “guru” berkualitas, model pendidikan secara khusus,
atau satu perusahaan lokal yang bisa diadaptasi.
9.
Menempatkan
konsultan eksternal
Ini mulai sangat popular pada
perusahaan industri, khususnya yang menerapkan BS5750 atau ISO9000. Ini tidak
mungkin menjadi jalan popular di dunia pendidikan karena konsultansi itu
mahal dan hadiah dari Departemen Perdagangan dan Industri tidak
memungkinkan untuk pendidikan. Tetapi banyak institusi dengan partner
industri bisa memperoleh nasehat tanpa biaya. Konsultan dapat digunakan
di dalam satu dari empat jalan utama: Pertama, mereka dapat
memberikan pertimbangan dan petunjuk tim manajemen senior. Kedua,
berperan di dalam pelatihan. Uang perlu untuk melaksanakan sebuah
training. Trainers eksternal yang telah ahli dapat mencapai syarat-syarat
yang besar dari instruksi dan peningkatan kesadaran di dalam melakukan
audit formal, penilaian dan evaluasi.
10.
Memulai
training staf tentang kualitas
Pengembangan staf dapat
dilihat sebagai jalan penting untuk membangun kesadaran dan
pengetahuan yang berkualitas. Hal ini dapat menjadi kunci agen perubahan
strategis untuk pengembangan budaya berkualitas. Ini juga penting di
dalam tahap awal implementasi bahwa setiap orang di latih di
dalam dasar-dasar TQM. Staf perlu pengetahuan banyak mengenai alat-alat kunci termasuk
pembentukan teamwork, metode evaluasi, problem solving dan eknik
pemecahan masalah. Menurut Tom Peter, di dalam Thriving on Chaos,
menyatakan bahwa manajemen di masa depan akan mengalir melalui penguatan
visi dan nilai-nilai yang saling bertemu. Karena itu, training adalah
kesempatan besar untuk menanamkan dan menegaskan nilai-nilai
organisasi. (lihat Peter, 1987, hal. 324-8)
11.
Mengkomunikasikan
pesan-pesan kualitas
Strategi, relevansi dan kegunaan
dari TQM perlu terkomunikasikan secara efektif. Terdapat banyak sekali
kesalahpahaman seputar tujuan dari kualitas. Sifat alamiah jangka panjang
dari program perlu dibuat jelas. Pengembangan staf, training dan
pembangunan tim adalah beberapa dari jalan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
12.
Menerapkan
peralatan dan teknik berkualitas melalui pengembangan kelompok kerja secara
efektif
Pendekatan ini memfokuskan pada
upaya mendapatkan sesuatu yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan sejak
awal. Ini memfokuskan pada sesuatu bahwa institusi mengetahui
harus melakukan perbaikan, dan menyeleksi alat-alat yang benar untuk
mengontrolnya. Memulai proses TQM dengan menangani pokok problem dengan
menghindari kelumpuhan TQM. Tatkala menata tim aksi perbaikan atau kelompok
tugas adalah penting untuk mengenal bahwa banyak isu daapat
hanya dikontrol dengan tim perbaikan lintas organisasi. Ada
beberapa kemungkinan baik menata seperti kelompok ad hoc,
memberikan ringkasan untuk menangani problem khusus menurut
skala waktu yang baik. Mereka memiliki keuntungan tambahan dari membantu
untuk melahirkan kolaborasi organisasi yang lebih besar.
13. Mengevaluasi program secara regular
Program TQM yang keluar
dari inti TQm atau menjadi keluar rel. Pandangan dan evaluasi reguler
perlu menjadi bagian integral dari program. Kelompok pengarah harus
menangani pandangan per semester dan tim manajemen senior harus
mempertimbangkan laporan mereka dan melakukan monitoring.
Unsur-unsur Total
Quality Management dalam Pendidikan
Berikut adalah berbagai unsur filosofis TQM sebagaimana
diterapkan dalam
pendidikan:
1.
Fokus
pada Pelanggan : Fokus pada pelanggan dimaksudkan untuk dapat memenuhi
keinginan dan kepuasan mereka dalam jangka panjang dimana hal ini sangat
penting mengingat pelanggan merupakan hal yang paling utama dalam TQM (Ula,
2013: 45). Dalam pendidikan teknik dan kejuruan, pelanggan dapat dibagi menjadi
pelanggan internal (anggota di dalam sistem pendidikan, termasuk siswa, guru,
dan pengelola) dan pelanggan eksternal (anggota di luar sistem pendidikan,
termasuk employer, alumni, orang tua, dan komunitas) (Zhao, 1995 dalam Lee,
2010: 60).
2.
Perbaikan
Berkesinambungan : Perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) adalah
usaha yang terus-menerus melakukan perbaikan dalam setiap bagian organisasi,
dan merupakan suatu proses yang tidak pernah berakhir (Tunggal, 1993, dalam
Ula, 2013: 46).
3.
Perubahan
Budaya : dalam TQM, perubahan budaya adalah upaya untuk mengubah budaya
(kualitas) lembaga pendidikan yang menuntut perubahan sikap dari kepala sekolah
dan setiap staf, serta metode kerjanya (Ula, 2013: 47). Perubahan budaya
dilakukan dengan menghilangkan “status quo” untuk kemudian menggerakkan ke arah
budaya baru, dan bila sudah mantap maka langkah berikutnya ada membakukan
(Ma’arif, 2004, dalam Ula, 2013: 47).
4.
Obsesi
terhadap Kualitas : kualitas dalam konteks TQM ditentukan oleh pelanggan, baik
internal maupun eksternal dimana dengan kualitas yang telah ditetapkan itu,
organisasi atau lembaga pendidikan harus terobsesi untuk memenuhi, bahkan
melebihi semua yang telah ditetapkan oleh pelanggan sehubungan dengan kualitas
yang diinginkan (Ula, 2013: 47).
5.
Optimalisasi
Peran Kepemimpinan : peranan kepala sekolah selaku pemimpin tertinggi sangatlah
urgen dimana dalam implementasi TQM, seorang kepala sekolah harus berperan
sebagai penasihat sekaligus motor penggerak dalam upaya perbaikan (Ula, 2013:
48).
6.
Kerja
Sama Tim (Team Work) : dalam kegiatan lembaga pendidikan, seluruh warga lembaga
pendidikan harus ikut serta sehingga terbina kerja sama tim (Ula, 2013: 48).
7.
Pemberdayaan
Karyawan : dalam implementasi TQM, pemimpin lembaga pendidikan harus melibatkan
karyawan, baik dalam perencanaan, memecahkan masalah, hingga pengambilan
keputusan guna meningkatkan kemampuan karyawan, rasa kepemilikan, serta
tanggung jawab mereka terhadap lembaga pendidikan sehingga dapat mendorong etos
kerja dan prestasi mereka (Ula, 2013: 49).
Total Quality Teaching
Masyarakat sering mengidentikkan pendidikan dengan kata
“sekolah” atau “kuliah”. Menurut Syaifurahman dan Ujiati (2013: 52), dalam arti
sempit, pendidikanadalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Amri (2013: 31) menyatakan bahwa mengajar
dan mendidik adalah profesi yang memerlukan suatu keahlian khusus serta bakat
ataupun minat yang besar. Seorang pendidik memiliki tanggung jawab untuk
mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik, sehingga tanpa
kemampuan yang relevan, keterampilan komunikasi yang baik, maupun
keinginan/minat untuk melakukannya, maka akan sulit bagi seorang guru untuk
dapat menjalankan tanggung jawabnya secara profesional. Lebih dari itu,
mengajar bukanlah sekedar membagi ilmu yang pengajar miliki ke peserta ajar.
Akan tetapi, mengajar juga merupakan sebuah proses, yakni proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga menumbuhkan dan
mendorong siswa belajar (Syaifurahman dan Ujiati, 2013: 54).
Konsep TQM dapat diaplikasikan pada kegiatan belajar
mengajar dalam ruangan kelas yang merupakan kegiatan utama harian siswa. Total Quality Teaching atau yang oleh
Srivanci (2004) dalam Aina dan Kayode (2012: 25) disebut sebagai TQM dalam
ruang kelas dimaknai oleh Srivanci sebagai sebuah proses yang melibatkan
pendekatan mutu terpadu yang diadopsi guru di dalam mengajar sehingga kebutuhan
siswa dan atasan dapat terpenuhi sebaik-baiknya dimana hal ini merupakan
pengejaran tiada henti akan perbaikan berkelanjutan dalam kualitas pendidikan
yang disediakan bagi siswa. Siswa harus menjadi inti dan fokus utama dari
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena itu, segala proses
yang terkait dengan pembelajaran, mulai dari tahap perancangan, pelaksanaan,
hingga perbaikan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan siswa akan
pengajaran yang berkualitas dapat terpenuhi. Pandangan seputar peningkatan mutu
dalam ruang kelas juga disampaikan oleh Aina dan Kayode (2012: 25) yang
menegaskan pentingnya perbaikan kualitas dari setiap tindakan dan interaksi
dalam proses belajar mengajar, seperti perbaikan mutu secara total dalam
pengajaran, tujuan dan perancangan mata pelajaran, catatan dan buku-buku
pelajaran, sumber daya, interaksi staff-siswa, penilaian serta evaluasi mata
pelajaran. Lee (2010: 61-62) mendefinisikan Total Quality Teaching sebagai
berikut:
“To
comprehensively improve education quality, must pay attention to teaching
development and teaching auxiliaries. “Teaching quality means students can
perform above targeted level quality in cognition, affect, and skills after
receiving education. Education quality indicators can be divided as input and
output: input indicator refers to school resources and process, including
teaching hours, content, number of qualified teachers and budgeted expenses; while
output indicator refers to student achievement, including knowledge and
skills.” In summarizing the above views of scholars and experts, teaching
quality standard should be defined by customer demands, assessed through
teaching activity development, and established through a few indicators. The
basis of an effectiveness evaluation is systematic. Through timely feedback
system or channels collection of feedback information will continuously improve
in an endeavor to seek the most effective teaching.”
Dari definisi yang diuraikan Lee tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Total Quality Teaching berarti memberikan perhatian pada
teaching development dan teaching auxiliaries untuk secara komprehensif
meningkatkan kualitas pendidikan, baik dari segi input (sumber daya dan proses
sekolah), maupun output (prestasi siswa) dimana standar dari kualitas
pengajaran harus didefinisikan berdasarkan tuntutan pelanggan, dinilai melalui
pengembangan aktivitas pengajaran, dan ditetapkan melalui sejumlah indikator.
Adapun menurut Kayani (2012: 395), terdapat lima standar TQM
dalam mengajar yang ia gunakan dalam penelitiannya yaitu meliputi (1) tanggung
jawab profesional dan hubungan manusia yang efektif; (2) perencanaan,
persiapan, dan kurikulum; (3) instruksi; (4) praktik-praktik penilaian; dan (5)
lingkungan kelas.
Berbeda dengan Kayani, Lee (2010: 65) hanya menggunakan dua
dimensi untuk mengukur Total Quality Teaching dalam penelitiannya atas sejumlah
perguruan tinggi di Taiwan, yaitu sebagai berikut:
1.
Teaching Development atau Pengembangan Pengajaran,
adalah berbagai itemterkait perencanaan dan pengembangan pengajaran yang
berguna bagi siswa. Untuk mengukur variabel ini, Lee menggunakan lima butir
pernyataan berikut dalam kuesioner yang ia bagikan kepada para mahasiswa
sebagai responden:
a. Program-program sekolah memiliki
keistimewaan
b. Rencana-rencana pengembangan dari
beragam departemen memiliki tujuan yang jelas
c. Pengaturan kelas di sekolah sesuai
dengan keahlian guru
d. Para guru mencurahkan upaya mereka
untuk mencapai tujuan pendidikan
e. Konten pelajaran yang diberikan guru
sesuai dengan kemampuan siswa
Dari
definisi dan kelima indikator di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan
pengajaran yang dimaksudkan oleh Lee berkaitan erat dengan pembuatan kurikulum
di sekolah maupun persiapan guru di dalam mengajar. Kedua hal ini selanjutnya
akan diuraikan sebagai berikut dengan menyesuaikannya pada konteks sekolah
menengah di Indonesia.
2.
Teaching Auxiliaries atau Alat Bantu Pengajaran adalah
berbagai item terkait kelas tambahan di luar jam sekolah serta alat bantu pengajaran
yang berguna bagi siswa. Untuk mengukur variabel ini, Lee menggunakan lima
butir pernyataan berikut dalam kuesioner yang ia bagikan kepada para mahasiswa
sebagai responden:
a.
Sekolah
menerapkan penilaian akan pembelajaran siswa secara rutin
b.
Para
guru menyemangati dan mengawasi siswa berdasarkan hasil penilaian
c.
Para
guru menerapkan remedial teaching (pengajaran untuk perbaikan) sebagaimana
diperlukan.
d.
Sekolah
mengaplikasikan perlengkapan multimedia dan digital untuk meningkatkan
efektivitas pengajaran.
e.
Para
guru mendiskusikan perbaikan strategi-strategi mengajar selama waktu luang.
Berdasarkan definisi dan kelima
indikator tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat bantu mengajar yang dimaksudkan
oleh Lee meliputi hal-hal yang berkaitan dengan penilaian kinerja siswa dan
alat bantu mengajar.
Mendesain Sistem Kualitas Dalam Pendidikan
Untuk mendesain sistem kualitas dalam pendidikan, perlu
melibatkan sejumlah langkah-langkah penting berikut: 1) mengetahui apa yang
kamu akan kerjakan, 2) mempertanyakan prosedur dan metode yang kamu gunakan, 3)
mendokumentasi apa yang kamu maksudkan, 4) memberikan bukti bahwa kamu
menyelesaikan apa yang kamu telah lakukan.
Sementara itu, sistem jaminan kualitas pendidikan harus
berisi elemen-elemen berikut :
1. Pengembangan institusi atau rencana
strategis
Ini memberikan visi jangka panjang
dari institusi dan memberi konteks dimana program dapat
dilaksanakan. Ini mendefinisikan pasar dan budaya yang diharapkan. Ini adalah
penting untuk mengembangakn pelayanan yang berkualitas karena hanya perencanaan
yang dapat memberikan perspektif jangka panjang sehingga penting di dalam
pemberian layanan kualitas secara terpadu.
2. Kebijakan kualitas
Ini mempersiapkan standard untuk
program-program utama dan bisa berisi statemen dari penamaan pembelajar.
Kebijakan ini adalah statemen umum dari komitmen insitusi kepada
kustomernya, baik internal maupun eksternal.
3.
Tanggungjawab
manajemen
Ini menyusun peran dari lembaga yang
memerintah, dan tim manajemen senior dan tanggung jawabnya. Ini
mendefinisikan dimana anggota dari tim senior memikul jabatan
kualitas.
4.
Pengorganisasian
kualitas
Garis besar ini meliputi tanggung
jawab dari kelompok pengarah kualitas, representasi dan pertanggung
jawaabannya. Badan ini diperlukan untuk mengarahkan permulaan kualitas,
mengatur transformasi budaya, mendukung inisiatif di dalam
departemen dan untuk memonitor perkembangan inisiatif.
5.
Pemasaran
dan publisitas
Sebuah institusi harus memberikan
potensi yang dimiliki kustomer dengan informasi tentang apakah itu
memajukan program-program belajar. Informasi ini perlu untuk menjadi
terdokumentasikan secara jelas dan pasti. Cara pemasaran bisa menggunakan
leaflet, brosur, dan sebagainya, harus jelas dan akurat dan diperbaharui secara
reguler.
6.
Penyelidikan
dan pendaftaran
Ini adalaha tahap kunci di dalam
karir banyak pembelajar. Advis yang benar pada tahap ini adalah vital,
sebagai tahap selamat datang dan memberi kepercayaan pada pelamar.
Prosedur masuk organisasi harus diatur secara baik. Sistem yang perlu
terdokumentasikan, antara lain: inisial pelamar, wawancara dan seleksi,
petunjuk, akreditasi belajar sebelumnya yanglayak, dan hasil dari rencana
tindakan individual.
7.
Wisuda/pelantikan
Program wisuda/pelantikan murid yang
baik dan terstruktur dengan maksud komunikasi yang jelas adalah penting
untuk memperkenalkan pembelajar pada institusi, yang meliputi etos,
gaya dan metode belajarnya
8. Pelahiran kurikulum
Ini adalah tingkatan dimana
sistem adalah vital. Metode belajar perlu diatur sedemikian rupa sehingga
dan diikuti untuk setip aspek program. Jenis informasi yangperlu menjadi
bagian dari ini, antaralain: silabus, kepatuhan, skema kerja,
pencatatan kerja, pencatatan penilaian, rencana tindakan, dan pencatatan
prestasi. Pencatatan kesalahan dan kinerja rata-rata berikutnya dan
tindakan yang benar harus didokumentasikan.
9. Bimbingan dan konseling
Ini dapat mengambil bentuk
aspek yang integra dari kurikulum atau layanan tambahan. Apa saja layanan perlu
dikomunikasikan. Ini bisa menjadi petuntuk tentang kakrir atau pendidikan
yang lebih tinggi, atau transfer insitusi lain atau program studi lain.
10. Manajemen pembelajaran
Proses aktual dari kurikulum dan
manajemen program perlu dispesifikasi, termasuk rancangan
untuk teamwork. Aturan di dalam tim, tanggung jawab dan tingkat
otoritasnya juga dapat jabarkan. Laporan dari penguji
eksternal, moderator dan pemverivikasi akan memberikan
bukti-bukti penting, dimana terdapat kualitas manajemen belajar.
11. Desain kurikulum
Termasuk dokumentasi maksud
dan tujuan setiap program, dan spesifikasi program. Spesifikasi program
dapat mengambil bentuk silabus atau dokumen kurikulum yang valid.
Apa yang perlu di dalamnya, dimana yang relevan, adalah keterangan
yang diperlukan dari program dan sunber-sumber dapat diberikan.
12. Staffing, training dan pengembangan
Staf dari banyak lembaga perlu
dipandang berkompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Sistem kualitas akan
perlu secara detail proses seleksi dan rekruitmen, induksi dan syarat-syarat
dimana kompetensi dan motivasi dinilai dan kebijakan untuk pengembangan karir.
Pengembangan staf memerlukan perencanaan institusi dan proses analisis dan
sistem monitoring dan evaluasi efektivitas program training dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
13. Kesempatan yang seimbang
Institusi akan memerlukan kebijakan
kesempatan seimbang dan metode serta prosedur untuk mencapai tujuan yang ada
termasuk kebijakan. Kebijakan kesempatan yang ada perlu penerapan secara
seimbang untuk staf dan murid.
14. Monitoring dan evaluasi
Putaran umpan balik adalah vital
untuk penilaian dan penegasan kualitas. Sistemn kualitas perlu dokumen
mekanisme evaluasi bahwa institusi memiliki tempat untuk memonitor
prestasi individual dan kesuksesan program-programnya. Partisipasi
pembelajar di dalam penilaian perkembangan dan pengalamannya dari program
adalah elemen penting di dalam evaluasi. Metode yang dipakai
harus termasuk pencatatan prestasi, review pertemuan, kuesioner dan audit
internal. Apasaja metode yangdipakai harus cocok dengan proses.
15. Perancangan administrasi
Insitusi memerlukan dokumen prosedur
administrative termasuk pendaftaran, rekaman pembelajar, jadwal, kesehatan dan
prosedur keselamatan, masuk ujian dan hasilnya, dan sistem keuangan. Proses
dokumentasi adalah penting, walaupun ini perlu untuk menspesifikasi
dikumen-dokumen pokok dan statusnya agar dapat menjaga perkembangan
birokrasi.
16. Review organisasi
Institusi harus memiliki alat-alat
evaluasi kinerja secara total. Ini bisa ditangani oleh penilai eksternal.
Tetapi, institusi juga bisa menentukan untuk menangani audit
organisiasi. Staf dapat menlai area lain daripada diri mereka sendiri. Orang
luar dapat dilibatkan dalam audit. Sistem review pembanding dapat membangun
kepercayaan diri dan trust, dan dapat sebagai pengembangan staf yang
signifikan. Mekanisme perlu dikembangkan untuk mendapatkan hasil auditing
kembali ke dalam proses perencanaan strategis.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pendekatan kualitas terpadu, apakah memakai TQM
atau tidak, memilki urgensi untuk mengembangkan kesehatan organisasi di
masa depan dan untuk keberlanjutan institusi-termasuk di institusi
pendidikan. Identitas yang jelas, standar yang baik dan penangan
kustomer yang baik adalah ciri-ciri penting dari
institusi yang baik.
Institusi perlu untuk menghasilkan pendekatan
yang integrative dan koheren terhadap manajemen kualitas yang
menggunakan komitmen dan kemauan baik dari staf. Motivasi, keahlian dan
antusiasme merupakan tiga hal yang dapat menjamin kualitas, bukan penilaian
dan pengawasan. Program perbaikan kualitas harus melibatkan semua
komponen yang bekerja di dalam organisasi. Setiap orang bertanggung
jawab terhadap kualitas pelayanan, apakah mereka manajer, guru atau staf
di dalam mendukung peran.
Komitmen dari
staf dan semua stakeholder ke dalam perbaikan adalah
aspek utama dari TQM. Sistem kualitas harus menjadi kendaraan untuk
membantu staf menyelesaikan problem yang dimilikinya, bukan alat
untuk mengontrol mereka. Memang cukup mudah menjadikan sistem kualitas sebagai
alat untuk mengontrol daripada menjadikannya sebagai media
untuk perbaikan. Penting diingat bahwa orang mengembangkan kualitas dan untuk
menjaminnya adalah ada alat-alat praktis untuk memberikan pencapaian
prestasi mereka. Karena itu, para ahli pendidikan perlu menjaga pemahaman
bahwa pesan kualitas sebenarnya adalah sangat sederhana. Kualitas adalah
memperlakukan sesuatu yang tertata secara baik.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ejurnal.uinalauddin.ac.id/artikel/08%20Pendekatan%20Pendidikan%20Berbasis%20Mutu%20-%20Ridwan%20Idris.pdf
BIODATA
PENULIS
Yadi Hartono Setiaputra,
dilahirkan pada tanggal 25 Oktober 1966 di Desa Cijulang Kecamatan Cijulang
Kabupaten Ciamis dari pasangan orangtua Bapak Suha Hartono dan Ibu Min
Mintarsih. Kini beristrikan Siti Rohmah dan dikaruniai dua orang anak bernama Neizar
Fauzi dan Nayla Rizki Fauziah. Pendidikan yang penulis tempuh adalah, tahun
1981 lulus dari SDN Cijulang II, tahun 1984 lulus dari SMPN 1 Cijulang dan
tahun 1987 lulus dari SMAN Parigi. Mulai bekerja sebagai guru GBS sejak tahun 2003
di SLB YPK Cijulang, Desa Kondangjajar Kecamatan Cijulang,
Pada tahun 2005
diangkat menjadi PNS sampai dengan sekarang, dan pendidikan terakhir yang saya
tempuh adalah S1 PLB dari IKIP Yogyakarta, lulus pada tahun 1994.
BIODATA
PENULIS
Siti Rohmah,
dilahirkan pada tanggal 07 Nopember 1971 di Desa Cijulang Kecamatan Cijulang
Kabupaten Ciamis dari pasangan orangtua Bapak R. Suwarna dan Ibu Isoh. Kini bersuamikan
Yadi Hartono Setiaputra dan dikaruniai dua
orang anak bernama Neizar Fauzi dan Nayla Rizki Fauziah. Pendidikan yang penulis
tempuh adalah, tahun 1985 lulus dari SDN Cijulang II, tahun 1988 lulus dari
SMPN 1 Cijulang dan tahun 1991 lulus dari SPG Pasundan Banjar. Mulai bekerja
sebagai GBS sejak tahun 2003 di SDN I Cijulang, Desa Cijulang Kecamatan
Cijulang,
Pada tahun 2007
diangkat menjadi PNS sampai dengan sekarang, dan pendidikan terakhir yang saya
tempuh adalah S1 Sejarah dari UNIGAL, lulus pada tahun 2011.
BIODATA
PENULIS
H. Ano,
dilahirkan pada tanggal 30 April 1960 di Kabupaten Ciamis dari pasangan
orangtua Bapak Ahmad Romli dan Ibu Rohanah, alm. Kini beristrikan Ai Sumartini dan dikaruniai dua orang anak
bernama Dody R.F dan Desy. R. Pendidikan yang penulis tempuh adalah, tahun 1973
lulus dari SDN I Cijulang, tahun 1976 lulus dari SMPN 1 Cijulang dan tahun 1980
lulus dari SPG.
Pada tahun 1982
diangkat menjadi PNS sampai dengan sekarang, dan pendidikan terakhir yang saya
tempuh adalah S1 dari STKIP Subang, lulus pada tahun 1987.
Post a Comment